Beranda > Keamanan Informasi, Penipuan > Mereka Punya Informasi Kita, Mereka Menipu Kita

Mereka Punya Informasi Kita, Mereka Menipu Kita

Kasus penipuan yang terjadi kepada teman saya dan salah seorang dosen yang mengajar saya mengajarkan betapa pentingnya kita untuk menjaga informasi kita, bahkan nama sekalipun. Karena hanya dengan berbekal nama, nama orangtua , dan nomor telepon, seseorang bisa melakukan penipuan.Dan dari hal ini , jelas, sudah terjadi berkali – kali di Indonesia.

Salah satunya adalah kasus ‘mama minta pulsa’, dimana kasus ini si pelaku mengirimkan sms kepada sebuah nomor yang isinya selalu persis dan identik : ‘sedang ditangkap polisi, minta di transfer pulsa’.

Ada 2 kasus yang akan saya paparkan, yang akan menggambarkan bahwa dengan berbekal informasi sedikit, orang bisa menggali ribuan keuntungan dari kita.

Sebutlah seorang dosen yang mengajar saya bernama Pak Abdurrahman ( bukan nama sebenarnya ). Ia pernah ditelepon oleh temannya. Ia  menawarkan kepada Pak Abdurrahman mengenai sebuah Kijang Innova dan Blackberry, kalo saya tidak salah ingat, dengan harga yang sangat murah. Kalau tidak salah beliau ditawari Kijang Innova seharga 60 juta, dan blackberry seharga 900 ribu . Tentu saja beliau sangat tertarik dengan tawaran temannya itu.

Bisa dikatakan, Pak Abdurrahman disini sudah ‘terjerat’ dengan umpan yang dilemparkan temannya itu.

Suatu cerita, setelah mencapai kesepakatan harga, Pak Abdurrahman meminta kepada temannya itu untuk melihat barangnya terlebih dahulu untuk memastikan kualitas dan ketersediaan barangnya. Tetapi temannya tersebut tidak dapat memperlihatkan barang tersebut dengan alasan barang tersebut masih ada di shipment. ( Oh iya, pembicaraan ini via telepon ). Kemudian Pak Abdurrahman pun meminta untuk ketemu dengan temannya itu terlebih dahulu. Temannya pun tidak bisa ketemu dengan alasan sedang sibuk.

Nah, disinilah letak kejanggalan terjadi.

Pak Abdurrahman pun menyadari adanya kejanggalan. Stelah itu beliau melakukan strategi ‘tarik-ulur’ , dimana beliau berpura – pura sangat tertarik, lalu kemudian rasa ketertarikan tersebut dihambat oleh berbagai macam trik seperti meminta temannya tersebut untuk memperlihatkan barang dan uang diberikan secara tunai, yang memancing si temannya tersebut. Akhirnya Pak Abdurrahman sampai kepada satu kesimpulan : Barang tersebut tidak pernah ada ! , atau dengan kata lain ini hanyalah modus penipuan.

Untungnya Pak Abdurrahman bisa menyadari penipuan ini dan menghentikan transaksi.

Cerita lain, ini cerita yang baru saya dapatkan dari teman saya, Arif (bukan nama sebenarnya ).

Singkat cerita, orangtua dari Arif ini ditelepon oleh seseorang yang mengaku sebagai Arif .  Entah bagaimana caranya orang tersebut, suara yang dihasilkan di telepon tersebut sama persis dengan suara Arif. Nah, si penelepon yang mengaku sebagai Arif ini mengaku bahwa Arif sedang ditahan di kantor polisi dengan tuduhan telah menyelundupkan narkoba. Si penipu ini berkata bahwa polisi meminta tebusan sebesar 25 juta rupiah. Terang saja, orangtua Arif ini tidak dapat memenuhinya. Akhirnya setelah negosiasi, si penipu ini hanya meminta 1 juta rupiah dan pulsa sebesar 100 ribu rupiah. Orangtua Arif ini berinisiatif untuk berbicara kepada tetangganya dahulu untuk meminjam, namun si penipu mencegahnya dan berkata tetangga tidak ada yang boleh tahu. Akhirnya, setelah mentransfer pulsa sebesar 20 ribu terlebih dahulu, orangtua Arif langsung menghubungi Arif via nomor teleponnya. Ternyata Arif sedang tidur di asrama dan tidak mungkin keluar asrama saat malam hari.

Dari 2 kisah diatas, terlihat jelas bagaimana cara si penipu untuk mendapatkan keinginannya. Bahkan dengan hanya nomor telepon orang tua dan nama si anak, kita pun bisa ditipu. Bagaimana kita mendeteksi penipu – penipu ini ?

Saya mulai dari kasus pertama.

  1. Lihat harga yang ditawarkan. Sangat tidak masuk akal menjual dengan harga yang sangat jauh seperti itu. Setahu saya, harga Kijang Innova sekitar 180 juta ke atas, apalagi yang terbaru. Kemungkinannya, barangnya sudah kondisi tidak bagus, atau barangnya tidak pernah ada.
  2. Mintalah untuk memperlihatkan barangnya terlebih dahulu. Biasanya, si penipu yang tidak punya barangnya tidak bisa berkutik kalau minta diperlihatkan barangnya, karena barangnya memang tidak pernah ada. jangan percaya kalau si penipu memperlihatkan barangnya via foto di Internet. Bisa saja itu kopi-paste dari situs lain. Mintalah untuk memperlihatkannya secara langsung.
  3. Cobalah untuk bertemu si penipu itu, atau berikan uangnya secara cash . Kebanyakan kasus penipuan adalah dengan mentransfer sejumlah uang. Berhati – hatilah.

Untuk kasus kedua :

  1. Ingatlah bahwa Polisi tidak pernah memiliki prosedur untuk meminta tebusan ! Prosedur yang dilaksanakan polisi ketika melakukan penangkapan adalah, terlebih dahulu ia menunjukkan surat tugasnya kepada orang yang akan ditangkap. Atau paling banter, polisi tersebut menyerahkan surat penangkapan kepada keluarganya. Jadi jangan langsung percaya kalau anak/keluarga ditahan di polisi. Tunggu dulu surat penangkapannya.
  2. Si penipu berkata bahwa orangtua Arif tidak boleh membicarakannya kepada tetangga atau kenalan lain. Disinilah kejanggalannya. Silahkan ceritakan kepada orang – orang terdekat di sekitar anda. Jika ada yang menceritakan hal ini, bisa disimpulkan bahwa ia adalah penipu. Ia jelas tidak mau ada polisi beneran yang menangkap dia.
  3. Kalau ia mengaku sebagai anak/keluarga dengan menelepon via nomor yang bukan biasanya ia pakai, cobalah untuk menutup panggilan dahulu, dan menelepon ke nomor yang biasanya dipakai. Jika tidak, tanyalah kepada rekan/temannya.

Nah, hati – hatilah dengan kejadian seperti ini. Biasakan untuk bersikap waspada dan tidak menelan bulat – bulat informasi yang kita dapat tadi. Selalu ceritakan kepada rekan – rekan kita tentang masalah seperti ini. Bisa jadi, ada yang pernah mengalami kejadian serupa, dan bisa membantu permasalahan kita.

Satu hal lagi bagaimana informasi seperti nomor telepon bisa membuat seseorang melancarkan penipuan. Apalagi dengan informasi yang lebih rinci, si penipu bisa lebih meyakinkan korban untuk tertipu.

Semoga bermanfaat 🙂

  1. fier
    31 Desember 2013 pukul 15:31

    mksh atas infonya…kebetulan keluarga saya juga pernah mengalami hal yang sama pada kasus no. 2, yang mengherankan, dari mana pelaku mendapatkan keterangan tentang nama-nama keluarga dan nomor telephon kita?

    • 27 Januari 2015 pukul 11:30

      Kalo mas pernah pakai mesin pencari di Internet, data-data itu semua tersebar di Internet mas. Soal nomor telepon, saya pernah mendengar, kalau mengisi pulsa di agen-agen pulsa, adakalanya mereka menjual daftar nomor telepon tersebut ke beberapa orang dan menggunakannya. Saran saya coba untuk mengisi pulsa dengan menggunakan voucher atau via ATM agar lebih aman. Trims.

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar